Kursus Komputer Terbaik Jogja - Untuk Mengunjungi Planet Jauh, Pesawat Ruang Angkasa Mungkin Membutuhkan Otak Komputer yang Lebih Baik
Sebuah gambar dari medan Vesta asteroid, dihitung dari model format yang diciptakan dengan data dari pesawat ruang antariksa NASA Dawn. Ketika pesawat ruang antariksa mengunjungi dunia asing dan asteroid, mereka tidak akan tidak jarang kali mempunyai data yang bagus mengenai apa yang bakal mereka temukan di sana.
Kredit: NASA / JPL-Caltech / UCLA / MPS / DLR / IDA
Sebelum probe robot dapat tiba di dunia asing yang jauh dari pengaruh insan dan mengerjakan aksi luar antariksa ambisius lainnya, benak mereka mesti naik level.
Bidang pembelajaran mendalam - yang mempunyai komputer belajar guna mengenali pola menurut data pelatihan - terlampau berisiko guna menggunakan tidak sedikit hal untuk penciptaan keputusan pesawat ruang angkasa. Tapi itu dapat berubah saat misi menjadi lebih rumit dan ongkos peluncuran pesawat ruang antariksa kecil berkurang, kata Ossi Saarela, manajer segmen ruang di perusahaan perangkat empuk komputasi MathWorks.
"Untuk hal-hal laksana pendaratan di planet, komet asteroid [dan], masalah besar kesatu ialah mencapai tersebut - jumlah presisi yang kita butuhkan guna navigasi lumayan spektakuler, saat Anda memikirkannya, menilik seberapa jauh benda-benda tersebut dan bagaimana kecil mereka bisa, "kata Saarela Space.com. "Satu kendala lain, pasti saja, dengan asteroid dan komet dan planet pada khususnya, biasanya kita bahkan tidak benar-benar tahu laksana apa mereka sampai anda tiba di sana. Jadi, itulah kendala yang mesti ditamatkan jika anda akan terbang di dekat mereka dan khususnya andai kita akan mengupayakan pendaratan atau pengembalian sampel. " [Misi ke Mars: Sejarah Robot Planet Merah (Infografis)]
Semuanya dibuka pada tahun 2016 dengan destinasi untuk memberdayakan anak-anak dengan kepercayaan dalam memakai komputer.
Tetapi latihan komputer cuma-cuma yang dilaksanakan oleh gereja Katolik di Balik Pulau, Penang, menghasilkan begitu tidak sedikit minat sampai-sampai bahkan orang dewasa dan pensiunan yang bekerja, sejumlah di umur 70-an, tertarik guna bergabung dengan kelas.
Lebih dari 50 orang semenjak saat tersebut telah "lulus" dari Pusat Komunitas Komputer nonprofit yang dipimpin oleh dosen Universiti Sains Malaysia, Dr Adrian Lee.
“Pada awalnya, kami melulu menargetkan anak-anak sekolah menengah yang bermukim di wilayah ini, tanpa memandang usia, ras dan keyakinan.
“Kami memungut mereka dan bahkan melakukan ruang belajar dalam logat seperti Hakka dan Hokkien melulu untuk meyakinkan mereka dapat memahami kami.
"Kami bahkan mengolah pengaturan komputer ke bahasa Cina," katanya saat bertemu di Gereja Nama Suci Yesus.
Kelas komputer gratis, yang diselenggarakan untuk tahun ketiga, ialah gagasan pendeta paroki Rev Father Anthony Liew.
Dia datang dengan usulan itu sesudah bertemu dengan tiga murid Form Three yang direbut oleh gereja guna memasukkan data dari survei ke komputer.
Para murid diberitahu guna memasukkan data memakai Microsoft Excel namun mereka tidak tahu bagaimana memakai perangkat lunak.
Saat itulah Rev Liew menyimpulkan untuk menegakkan pusat guna melayani mereka yang berasal dari family yang tidak cukup beruntung.
Tapi terdapat batu sandungan. Pusat tersebut tidak memiliki lumayan komputer untuk mengawali pelajaran.
Setelah cerita mereka disorot oleh The Star, Solusi Links Data memberikan 18 komputer.
Perusahaan lain meluangkan gereja dengan meja dan kursi selain donasi dalam format uang tunai dan dagangan dari paroki dan masyarakat umum.
Lee, yang ditolong oleh lima relawan, menuliskan mereka merangkai jadwal tiga bulan guna silabus 12 latihan yang menampilkan kemampuan komputasi dasar, Microsoft Office (Words, Excel dan Power Point) dan berselancar internet. Sekarang terdapat 25 peserta.
Dia mengatakan tidak sedikit yang datang guna kesatu kalinya bahkan tidak tahu bagaimana menghidupkan dan mematikan komputer.
“Beberapa tidak tahu teknik menggunakan mouse atau search engine untuk menggali informasi.
“Kelasnya relatif kecil dan ini memungkinkan setiap pribadi mendapat perhatian individu dari relawan kami.
"Kami di sini untuk menolong dan menuntun mereka," katanya.
Lee menuliskan dia berencana guna mengajarkan semua peserta lebih tidak sedikit keterampilan untuk mengekor perkembangan zaman, laksana Photoshop, buatan dan pengeditan video dasar.
Ibu Rumah Tangga Loh Mooi Kooi, berusia 50-an, menuliskan dia datang guna belajar mengenai perbankan online.
“Para guru di sini sangat menolong dan saya belajar tidak sedikit tentang berselancar di Internet.
"Hari-hari ini, urgen untuk memahami paling tidak kemampuan komputasi dasar," katanya.
Peserta beda Pan Kee Tat, 66, menuliskan dia melulu ingin mengekor tren dengan mempelajari satu atau dua hal mengenai teknologi informasi.
“Dengan mempelajari Microsoft Excel, laporan saya dapat lebih apik dan rapi,” kata anggota dari sejumlah asosiasi Tionghoa di Balik Pulau, yang biasa mencatat laporannya dengan teknik tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar